Jumaat, 15 September 2017

KISAH ASHABUL UKHDUD



KISAH ASHABUL UKHDUD

Rasulullah SAW bersabda, “Dahulu ada seorang raja dari golongan umat sebelum kamu, ia mempunyai seorang ahli sihir. Ketika ahli sihir tersebut telah tua, ia mengatakan kepada raja bahwa ia sudah tua dan ia meminta agar dibawakan anak yang akan jadi pewaris ilmu sihirnya. Maka ada seorang anak yang diutus kepadanya. Tukang sihir tersebut lalu mengajarinya.
Di tengah perjalanan ke tempat ahli sihir, anak ini bertemu seorang rahib (pendeta) dan ia pun duduk bersamanya dan belajar daripadanya. Ia begitu takjub terhadap pelajaran yang disampaikan oleh rahib. Setiap kali dia ingin ke tempat belajar sihir, anak ini akan singgah terlebih dahulu belajar daripada rahib itu sehingga dia sering terlewat tiba ke kelas ilmu sihir dan lewat pulang ke rumah. Justeru itu anak ini dipukul kerana sering lewat lalu dia mengaud kepada rahib. Rahib pun berkata, “Jika engkau takut kepada tukang sihir tersebut, maka katakan saja bahwa keluargaku menahanku. Jika engkau takut kepada keluargamu, maka katakanlah bahwa tukang sihir telah menahanku.”
Pada suatu ketika, anak ini melalui suatu tempat dan ada seekor binatang besar yang menghalangi orang ramai (di jalan yang dilalui mereka). Anak itu lalu berkata, “Pada hari ini saya akan mengetahui, apakah penyihir itu yang lebih baik ataukah rahib itu.” Ia pun mengambil sebuah batu kemudian berkata, “Ya Allah, kalaulah perkara rahib itu lebih dicintai di sisiMu daripada ahli sihir itu, maka bunuhlah binatang ini sehingga orang ramai dapat kembali menggunakan jalan ini.” dia melempar batu tersebut dan binatang itu terbunuh. Seterusnya orang ramai dapat kembali melalui jalan itu.  Peristiwa ini diceritakan oleh anak itu kepada rahib. Rahib tersebut berkata, “Wahai anakku, engkau lebih mulia daripadaku. Keadaanmu sudah sampai pada tingkat sesuai apa yang saya lihat. Sesungguhnya engkau akan mendapat ujian, maka jika benar demikian, janganlah menyebut namaku.” Anak ini seterusnya dapat menyembuhkan orang buta dan yang berpenyakit kulit. Dia juga dapat menyembuhkan orang ramai dari pelbagai jenis penyakit.
Berita ini kemudiannya tersebar dan sampai kepada seorang sahabat raja telah lama buta. Ia pun mendatangi pemuda tersebut dengan membawa banyak hadiah. Ia berkata pada pemuda tersebut, “Ini semua akan jadi milikmu jika engkau dapat menyembuhkanku.” Pemuda ini pun berkata, “Aku tidak dapat menyembuhkan seorang pun. Yang mampu menyembuhkan hanyalah Allah. Jika engkau mahu beriman kepada Allah, aku akan berdoa padaNya supaya engkau kembali pulih.” Dia pun beriman pada Allah, lalu Allah menyembuhkannya.
Sahabat raja tadi kemudian berjumpa raja seperti biasa. Raja pun bertanya padanya, “Siapa yang telah mengembalikan penglihatanmu?” Ia pun menjawab, “Tuhanku.” Raja pun terkejut, “Apa engkau mempunyai tuhan selain aku?” Sahabatnya pun berkata, “tuhanku dan tuhanmu ialah Allah.” Raja tersebut menyiksanya sampai ditunjukkan kepadaanak tadi. (Ketika anak tersebut datang), raja lalu berkata padanya, “Wahai anakku, telah sampai padaku berita mengenai sihirmu yang dapat menyembuhkan orang buta dan berpenyakit kulit, serta engkau dapat melakukan ini dan itu.” Anak tersebut menjawab, “Sesungguhnya aku tidaklah dapat menyembuhkan siapa pun. Yang menyembuhkan adalah Allah.” Mendengar hal itu, raja terus menyiksanya, sampai ditunjukkan kepada rahib yang menjadi gurunya. (Ketika rahib tersebut didatangkan), raja pun memerintahkan padanya, “Kembalilah pada ajaranmu!” rahib itu pun enggan. Lantas didatangkanlah gergaji dan diletakkan di tengah kepalanya. Lalu dibelahlah kepalanya dan terjatuhlah belahan kepala tersebut. Kemudian dibawa pula sahabat raja yang telah beriman. Sahabat raja itu diperintahkan supaya kembali kepada ajaran asalnya namun sahabat raja ini menolaknya dan tetap beriman kepada Allah. Lalu sahabat raja ini digergaji kepalanya sehingga terbelah dua.
Seterusnya anak tersebut dibawa mengadap raja dan diperintahkan supaya kembali kepada ajaran asalnya namun dia menolak dan tetap beriman kepada Allah. lalu anak itu diserahkan kepada pasukan askar. Raja berkata, “Pergilah kamu bersama anak ini ke gunung ini dan itu. Lalu dakilah gunung tersebut bersamanya. Jika kamu telah sampai di puncaknya, lalu ia mahu kembali pada ajarannya, maka bebaskan dia. Jika tidak, lemparkanlah ia dari gunung tersebut.” Lantas pasukan askar tersebut pergi bersama anak itu lalu mendaki gunung. Lalu anak ini berdoa, “Ya Allah, lindungilah aku daripada tindakan mereka dengan kehendakMu.” Gunung itu pun bergegar dan semua pasukan askar kesemuanya jatuh. Lalu anak itu kembali berjalan mengadap raja. Ketika sampai, raja berkata pada pemuda, “Apa yang dilakukan oleh pasukan askar tadi?” anak tersebut menjawab, “Allah Taala telah melindungiku daripada tindakan mereka.” Lalu anak ini dibawa lagi bersama pasukan askar raja yang lain. Raja memerintahkan pada pasukannya, “Pergilah kamu bersama anak ini dalam sebuah sampan menuju ke tengah lautan. Jika dia mahu kembali pada ajarannya, maka bebaskan dia. Jika tidak, tenggelamkanlah dia.” Mereka pun pergi bersama anak ini. Lalu anak ini pun berdoa, “Ya Allah, lindungilah aku daripada kejahatan  mereka dengan kehendakMu.” Tiba-tiba sampan tersebut terbalik, lalu pasukan askar raja tenggelam. Anak tersebut kembali berjalan mengadap raja. Ketika menemui raja, ia pun berkata pada pemuda, “Apa yang dilakukan teman-temanmu tadi?” Pemuda tersebut menjawab, “Allah Taala telah memeliharaku daripada tindakan mereka.”
Dia pun berkata kepada raja, “Engkau tidak dapat membunuhku kecuali engkau memenuhi syaratku.” Raja pun bertanya, “Apa syaratnya?” anak tersebut berkata, “Kumpulkanlah rakyatmu di suatu bukit. Lalu saliblah aku di atas sebuah pelepah. Kemudian ambillah anak panah dari tempat panahku, lalu ucapkanlah, “Bismillah robbil ghulam, ertinya: dengan menyebut nama Allah Tuhan dari pemuda ini.” Lalu panahlah aku karena jika melakukan seperti itu, engkau pasti akan membunuhku.” Lalu rakyat pun dikumpulkan di suatu bukit. anak tersebut seterusnya disalib di pelepah, lalu diambil anak panah dari tempat panahnya kemudian diletakkan di busur. Kemudian diucapkan, “Bismillah robbil ghulam, Lalu dilepaslah dan panah tersebut mengenai pelipisnya. Anak tersebut memegang pelipisnya yang menjadi sasaran anak panah tersebut. Dia pun mati. Rakyat yang berkumpul tersebut lalu berkata, “Kami beriman pada Tuhan pemuda tersebut. Kami beriman pada Tuhan pemuda tersebut.”
Raja datang, lantas ada yang berkata, “Apa yang selama ini engkau bimbangkan? Apa yang engkau bimbangkan selama ini benar-benar telah terjadi. Manusia saat ini telah beriman pada Tuhan pemuda tersebut.” Lalu raja tadi memerintahkan untuk membuat parit di jalanan lalu dinyalakan api di dalamnya. Raja tersebut pun berkata, “Siapa yang tidak mahu kembali pada ajarannya, maka lemparkanlah ia ke dalamnya.” Atau dikatakan, “Masuklah ke dalamnya.” Mereka pun melakukannya, sampai ada seorang wanita bersama bayinya. Wanita ini pada mulanya teragak-agak untuk masuk ke dalam api. Bayi kecilnya lalu berkata, “Wahai ibu, bersabarlah karena engkau di atas kebenaran.” (HR. Muslim no. 3005).
Penulis asal: Muhammad Abduh Tuasikal